Sistem Kontrol Tradisional
5/18/2016
Add Comment
Pada awalnya sistem kontrol yang terdapat di kilang minyak adalah konsep yang sekarang dikenal dengan sebutan sistem kontrol terdistribusi pada gambar dibawah. Pada konsep ini, peralatan instrumentasi dan sistem kontrol didistribusikan di seluruh plant, dimana operator dapat membaca set point dan mengatur keluaran. Namun antara satu sistem kontrol dengan sistem kontrol yang lain tidak dihubungkan, sehingga operator harus bertugas mengkoordinasikan sistem kontrol yang terdistribusi tersebut. Komunikasi yang digunakan untuk mengintegrasikan pengoperasian kilang dilakukan dengan komunikasi verbal antara satu operator dengan yang lain (interface antara manusia - manusia). Konsep ini tentunya hanya dapat dilakukan pada proses yang tidak rumit dan kecil.
Sistem Kontrol Tradisional |
Setelah ditemukan instrumentasi dan system control pneumatik yang terhubung langsung pada tahun 1930, konsep architecture sistem kontrol masih sama dengan sebelumnya, dimana elemen kontrol seperti sensor, controllerdan hubungan antara operator dengan actuator tetap tersebar di seluruh plant.
Situasi ini terus berubah sesuai dengan meningkatnya kapasitas dan kerumitan kilang. Suatu hal yang sulit untuk tetap mempertahankan architecture dimana setiap elemen kontrol tersebar di setiap lokasi. Akhirnya pada awal tahun 60-an setelah ditemukan sistem transmitter jenis pneumatik, membuat architecture sistem kontrol berubah menjadi terpusat dimana monitoring dan pengendalian proses dilakukan dari ruang kendali (control room) lihat gambar dibawah ini (interface manusia –mesin).
Sistem Kontrol Pneumatik Terpusat di Kontrol Room |
Mekanisme sistem kontrol dengan architectur terpusat seperti ini dilakukan dengan cara pengukuran proses variabel dilakukan oleh sensordi lapangan, kemudian hasil pengukuran ditransmisikan oleh transmiiter ke controller yang berlokasi di ruang kendali. Selanjutnya sinyal kontrol yang diinginkan ditransmisikan kembali ke actuator pada unit proses. Keuntungan architecture ini adalah semua informasi yang diperlukan dapat ditampilkan di ruang kontrol sehingga mudah dilihat oleh operator dengan demikian operator dapat dengan mudah mengontrol kilang.
Pada awal tahun 70-an, architecture sistem control terpusat bergeser dari pneumatik menjadi elektronik. Perubahan ini mengurangi biayapemasangan sistem kontrol dan waktu tunda (lag time) yang terjadi pada sistem kontrol pneumatik. Selain itu penggantian sistem kontrol pneumatic (3-15 psig atau 0.2-1.0 kg/cm2g) menjadi elektronik (4-20 mA atau 1-5 V) juga mengganti tubing yang diperlukan untuk sistem pneumatik menjadi kabel. Keuntungan system control elektronik ini, memungkinkan pabrik lebih mudah diperbesaratau dikembangkan.
0 Response to "Sistem Kontrol Tradisional"
Post a Comment