Sistem Kontrol Tradisional

   Pada  awalnya  sistem kontrol  yang terdapat  di kilang  minyak adalah konsep yang sekarang  dikenal  dengan  sebutan  sistem kontrol  terdistribusi pada gambar dibawah. Pada konsep  ini,  peralatan instrumentasi  dan sistem kontrol  didistribusikan  di  seluruh plant,  dimana  operator  dapat  membaca  set  point  dan  mengatur  keluaran.  Namun antara  satu  sistem kontrol  dengan sistem  kontrol yang  lain  tidak  dihubungkan, sehingga  operator  harus  bertugas  mengkoordinasikan  sistem  kontrol  yang terdistribusi  tersebut.  Komunikasi  yang  digunakan  untuk  mengintegrasikan pengoperasian  kilang  dilakukan  dengan  komunikasi  verbal  antara  satu  operator dengan  yang  lain  (interface  antara  manusia - manusia). Konsep ini tentunya hanya dapat dilakukan pada proses yang tidak rumit dan kecil.


Sistem Kontrol Tradisional

Setelah  ditemukan instrumentasi  dan  system  control  pneumatik yang  terhubung langsung  pada  tahun  1930, konsep architecture sistem kontrol  masih  sama  dengan sebelumnya, dimana  elemen kontrol seperti sensor,  controllerdan  hubungan antara operator dengan actuator tetap tersebar di seluruh plant.

Situasi  ini  terus  berubah  sesuai  dengan meningkatnya  kapasitas  dan kerumitan kilang. Suatu hal yang sulit untuk tetap mempertahankan architecture dimana setiap elemen  kontrol tersebar  di setiap  lokasi.  Akhirnya pada awal tahun 60-an setelah ditemukan sistem transmitter jenis pneumatik, membuat architecture sistem kontrol berubah menjadi terpusat dimana monitoring dan pengendalian proses dilakukan dari ruang kendali (control room) lihat gambar dibawah ini (interface manusia –mesin). 

Sistem Kontrol Pneumatik Terpusat di Kontrol Room

Mekanisme  sistem  kontrol  dengan  architectur  terpusat  seperti  ini  dilakukan  dengan cara pengukuran proses variabel dilakukan oleh sensordi lapangan, kemudian hasil pengukuran ditransmisikan oleh transmiiter ke controller  yang  berlokasi di ruang kendali.  Selanjutnya  sinyal  kontrol  yang  diinginkan  ditransmisikan  kembali  ke actuator pada unit proses. Keuntungan architecture ini adalah semua informasi yang diperlukan dapat ditampilkan di  ruang kontrol sehingga mudah dilihat  oleh  operator dengan demikian operator dapat dengan mudah mengontrol kilang.

Pada awal tahun 70-an, architecture sistem control terpusat bergeser dari pneumatik menjadi elektronik. Perubahan ini mengurangi biayapemasangan sistem kontrol dan waktu  tunda (lag  time) yang  terjadi  pada  sistem kontrol  pneumatik.  Selain  itu penggantian  sistem kontrol  pneumatic (3-15  psig atau 0.2-1.0  kg/cm2g) menjadi elektronik (4-20  mA  atau  1-5  V) juga  mengganti tubing yang  diperlukan  untuk sistem  pneumatik menjadi  kabel.  Keuntungan  system  control  elektronik  ini, memungkinkan pabrik lebih mudah diperbesaratau dikembangkan.

0 Response to "Sistem Kontrol Tradisional"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel